Sudah
lama rasanya tidak menulis atau sekadar mampir di ruang ini. Semoga cinta
kasihNya senantiasa memenuhi setiap langkah dalam perjalanan kita. Hari ini
entah kenapa tiba-tiba teringat salah satu pengalaman waktu masih duduk di
bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mungkin ini kali ya yang dinamakan
dendam. Dendam ??? Yah. Dendam. Dulu diri ini kerap kali merasa kesal ketika
moment peringatan agustusan, ketika guru mata pelajaran Pendidikan
Kwarganegaraan (PKN) atau Bahasa Indonesia gemar sekali memberi tugas untuk
wawancara dengan perangkat desa atau ketua karang taruna terkait kegiatan yang
dilakukan dalam menyambut bulan kemerdekaan bangsa ini. Bagaimana tidak kesal
bin jengkel kalau hampir setiap tahun acara yang diadakan hanya berkutat pada
“orkes dangdut”. Bukan bermaksud justifikasi pada genre musik ini, hanya
saja kerap berujung dengan tawuran.
Untuk
bisa tetap mengerjakan tugas maka yang ada adalah mengarang bebas tentang
kegiatan desa ynag notabene adalah tidak pernah ada. Just in my dream. Sejak
saat itu diri ini berjanji bahwa suatu saat nanti bahwa harus turut
berkontribusi dalam pembangunan desa. Generasi setelah ini tidak boleh ada yang
mengalami apa yang saya alami. Cukup diri ini yang mengalami ini semua,
membohongi guru agar nilai rapor tidak ada yang ada dibawah standart.
Perjalanan
selanjutnya adalah mencari sebanyak-banyakya ilmu dan pengalaman dari berbagai tempat
serta orang-orang yang ada di sekitar. Mencari serta membangun link yang kita
tidak akan pernah tahu dapat atau berguna bagi kita. Kalau toh memang pada
akhirnya tidak ada manfaatnya, pun masih ada manfaat yang mendasar adalah
menambah teman, saudara, bahkan jodoh :P. Bukankah seribu teman masih akan
sangat kurang, sementara itu musuh satu saja sudah membuat tidak aman.
Masa-masa mencari dan membangun link menjadi cerita tersendiri dalam hidup ini.
Banyak hal yang bisa didapatkan. Mulai hal yang lucu, menyedihkan, menyeramkan,
bahkan tidak jarang membuat otak keriting.
Sewajarnya
perjalanan, dengan cepat atau lambat pasti akan sampai pada tujuan yang kita
kehendaki. Begitu pula perjalanan yang harus diri ini lalui. Ternyata Tuhan
sudah memberikan instruksi bahwa perjalanan sudah sampai. Bertemu dengan
orang-orang hebat yang sungguh menantang diri ini untuk bisa berkontribusi
seperti mereka. Tuhan mempertemukan kami dalam wadah bernama Kader Pemberdayaan
Masyarakat. Bang Udin yang ahli design, Ning Lakha yang meski baru dalam dunia
pendidikan tapi metode mengajarnya perlu dijadikan percontohan, Evi yang
sungguh feminism dan sosok tritagonis, Kakak Is si Ratu Kemah, Mas Asror sosok
yang sangat religius diantara kami, Mas Lutfi yang selalu stay cool, duo
kocak Ifa dan Devi, serta aku yang paling cerewet. Kami menjadi kombinasi
tersendiri, ibarat warna dalam pelangi yang saling melengkapi. Semakin berbeda
semakin menantang kami untuk bisa dan selalu siap bergandeng tangan untuk desa
kami.
Perjalanan
kami memang masih sebentar, bahkan jika dibanding dengan umur jagung, mungkin
kami hanya setengahnya saja. Namun kami senantiasa menciptakan ruang-ruang
untuk kencan sebagai wadah mengevaluasi perjalanan kami dengan harapan membawa
perubahan baik bagi desa kami. Kami, atau lebih khususnya diri ini semula tidak
paham sama sekali dengan segala hal yang berhubungan dengan desa. Ini menjadi
modal untuk menumbuhkan semangat diri dalam mempelajari apa saja yang menjadi potensi,
tantangan, maupun hambatan bagi pembangunan fisik maupun non fisik di desa. Jika
memang suatu saat nanti kita harus terpisah setidaknya kita pernah ada dan
bersama. Lebih dalam lagi mimpi diri untuk berkontribusi pada desa telah
terwujud. At least, Big thanks for You God, you gave permitted for me to Go
Home.
#PadepokanWonosalamLestari
#NovitaNovelis04022018