Senin, 31 Oktober 2016

Tidak Akan Pentas

“Kita tidak akan pernah pentas. Kita hanya akan latihan. Kita masih dalam tahap gladi kotor. Ketika dipanggung pementasan itupun kita hanya latihan. Kita hanya akan gladi bersih, belum pentas”. Kata-kata itu masih terekam utuh oleh memori saya. Diucapkan oleh pelatih teater saya ketika SMP ( Farid Doel Kamdie). Beliau mengucapkan itu ketika untuk pertama kalinya saya terlibat dalam pementasan yang diadakan pemerintah dalam rangka Porseni. Waw, siapa sangka rangkaian kalimat itu secara tidak langsung mendoktrin saya pribadi untuk terus belajar, untuk tidak cepat puas tentang pencapaian yang sudah ditangan.
Belajar. Berasal dari kata dasar ajar. Secara umum diartikan sebagai suatu upaya untuk dapat melakukan sesuatu. Bagi sebagian besar manusia, kata ini menjadi kewajiban dan keharusan yang harus ada dalam setiap tahapan kehidupan.  Belajar membuat seseorang untuk selalu berada dalam kondisi haus dan lapar akan setiap pengetahuan yang ada. Ketika kita haus dan lapar akan pengetahuan maka kita akan selalu mencari, mencari, dan terus mencari pemuas dari kehausan dan kelaparan yang kita rasakan. Seperti dalam teori Sigmun Freud tentang id, ego, dan superegonya. Dimana id diartikan sebagai dorongan, keinginan yang ada pada seseorang, sementara ego sendiri merupakan pemuas dari dorongan atau keinginan itu sendiri. Selanjutnya superego sendiri bertugas sebagai penentu dari banyaknya ego berdasarkan value yang ada dan berlaku dalam masyarakat.
Jika sudah mengalami hal seperti diatas, lalu dimana kita harus belajar tentang semua dari yang kita perlukan sebagai pemuas semuanya tadi? Diri sendiri, keluarga, sekolah, kampus, agama, atau masyarakat luas? Atau jika diijinkan untuk menyimpulkan beberapa alat pemuas tadi adalah Organisasi. Saya tidak ingin mengintervensi kalian untuk terlibat dalam organisasi, karena hal itu menjadi hak prerogatif kalian untuk memilih terlibat atau tidak pada apa yang disebut organisasi.
Organisasi sendiri berasal dari kata organ, yang bisa kita artikan sebagai bagian-bagian, anggota dari tubuh. Kata ini mendapat akhiran isasi sehingga memiliki arti bagian-bagian yang terkumpul sehingga menjadi suatu kesatuan utuh. Secara umum organisasi diartikan sebagai system kerjasama antara dua orang atau lebih, yang membentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, baik formal maupun informal.
Sebelum melangkah lebih jauh, kembali saya menekankan bahwa tidak ada intervensi disini. Saya hanya ingin berbagi tentang sedikit nilai plus yang saya dapat dari keterlibatan pada organisasi. Ok, mari kita mulai dengan diri sendiri. Entah disadari atau tidak jika dari diri kita sendiri sebernya sudah menerapkan organisasi. Setiap bagian dari anggota tubuh kita membentuk system yang saling bekerjasama satu sama lain. Otak, jantung, alat gerak, serta bagian-bagian lain dari tubuh kita membentuk organisasi sedemikian rupa. Selanjutnya adalah keluarga. Dalam keluarga, keluarga kecil saja, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak secara langsung mereka akan bekerjasama untuk melakukan tugas masing-masing dan menjalankan perannya dalam keluarga. Orangtua misalnya, memiliki peran sebagai pelindung, pengayom, bertugas memberikan nafkah baik jasmani, maupun rohani yang berbentuk cinta dan kasih sayang. Sementara anak memiliki peran dan tugas untuk tumbuh, berkembang, menghormati serta memberi kebanggaan pada orangtua mereka. Disini apabila kita amati, tugas-tugas atau peran-peran yang dijalankan oleh masing-masing dari anggota keluarga merupakan contoh kecil dari organisasi. Tidak berhenti pada diri sendiri dan keluarga, sekolah, kampus, agama, serta yang lainnya secara tidak langsung adalah contoh bagaimana hidup kita ternyata dipenuhi akan apa itu organisasi.
Sedikit flashback, pada awalnya saya tidak tertarik dengan apa itu organisasi. Kala itu yang saya coba pahami dari diri ini adalah bahwa saya suka bertemu dengan orang banyak dari berbagai kalangan serta berbagai karakter. Berawal dari id untuk bertemu dengan orang banyak inilah, saya mulai mencoba untuk mencari ego untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mengikuti ektrakurikuler teater, terlibat dalam OSIS dari SMP hingga SMA, menjadi voulenteer yang berkutat pada issue narkoba dan HIV, memaksa diri untuk mau terlibat dalam BEM, jurnalistik mahasiswa, serta memberdayakan diri melalui komunitas yang fokus pada kesetaraan, pendidikan, pluralis, serta difabel. Yup, semua saya lakukan hanya untuk bisa bertemu dengan banyak orang. Namun yang tidak pernah terpikir adalah, secara tidak langsung saya memperoleh banyak hal. Ilmu komunikasi (baik menjadi pendengar maupun pembicara), administrasi, memahami karakter, menjadi event organizer (EO), memperbanyak jaringan, bertemu dengan orang-orang yang luar biasa yang penuh akan inspirasi, memimpin, dipimpin, terpimpin, mengelola emosi, problem solving, semangat kerjasama serta masih banyak lagi hal yang bisa saya peroleh. Semuanya sungguh luar biasa indah dengan balutan cinta dan kasih sayang dari setiap orang yang dijumpai.
Belakangan ini baru saya menyadari bahwa kesemuanya secara tidak langsung menuntut diri untuk terus belajar akan semua yang ada pada lingkup diatas. Tidak berhenti pada teori saja namun juga praktek secara langsung. Melalui organisasi-organisasi diatas, ternyata kebutuhan akan aktualisasi diri (Hierarky Needs Of Maslow) saya merasa tercukupi.

Teruslah belajar melalui apapun dan siapapun yang ada disekitar kita. Jangan anggap remeh atau rendahkan siapapun. Kita tidak akan pernah tahu kekuatan-kekuatan yang ada pada mereka, mungkin  suatu saat nanti, kekuatan itu kita perlukan. Mari terus berproses dan belajar. Perlu diingat, ketika kita berada pada proses yang membuat diri nyaman, kadang membuat kita terlena, sehingga malas untuk melanjutkan proses kita. Jika sudah seperti itu berhati-hatilah. Ini menjadi pertanda bahwa semangat belajar kita sudah mulai harus di charge kembali. Teruslah menggali. Belajar dan berproses tidak akan pernah berhenti. Selesai ditahap satu, tahap dua menanti, dua terlampaui masih ada tiga didepan, begitulah seterusnya.  At least, terimakasih untuk semua yang senantiasa bersedia belajar serta membagi ilmu dan pengetahuan pada saya. Tidak lupa, bertriliyun-triliyun syukur untuk Mu yang telah menghadirkanku ditengah-tengah orang hebat seperti kalian. *NovitaNovelis 301016