“Kita tidak akan pernah pentas. Kita hanya akan
latihan. Kita masih dalam tahap gladi kotor. Ketika dipanggung pementasan
itupun kita hanya latihan. Kita hanya akan gladi bersih, belum pentas”.
Kata-kata itu masih terekam utuh oleh memori saya. Diucapkan oleh pelatih
teater saya ketika SMP ( Farid Doel Kamdie). Beliau mengucapkan itu ketika
untuk pertama kalinya saya terlibat dalam pementasan yang diadakan pemerintah
dalam rangka Porseni. Waw, siapa sangka rangkaian kalimat itu secara tidak
langsung mendoktrin saya pribadi untuk terus belajar, untuk tidak cepat puas
tentang pencapaian yang sudah ditangan.
Belajar. Berasal dari kata dasar ajar. Secara
umum diartikan sebagai suatu upaya untuk dapat melakukan sesuatu. Bagi sebagian
besar manusia, kata ini menjadi kewajiban dan keharusan yang harus ada dalam
setiap tahapan kehidupan. Belajar
membuat seseorang untuk selalu berada dalam kondisi haus dan lapar akan setiap
pengetahuan yang ada. Ketika kita haus dan lapar akan pengetahuan maka kita
akan selalu mencari, mencari, dan terus mencari pemuas dari kehausan dan
kelaparan yang kita rasakan. Seperti dalam teori Sigmun Freud
tentang id, ego, dan superegonya.
Dimana id diartikan sebagai dorongan, keinginan yang ada
pada seseorang, sementara ego sendiri merupakan pemuas dari
dorongan atau keinginan itu sendiri. Selanjutnya superego sendiri
bertugas sebagai penentu dari banyaknya ego berdasarkan value
yang ada dan berlaku dalam masyarakat.
Jika sudah mengalami hal seperti diatas, lalu
dimana kita harus belajar tentang semua dari yang kita perlukan sebagai pemuas
semuanya tadi? Diri sendiri, keluarga, sekolah, kampus, agama, atau masyarakat
luas? Atau jika diijinkan untuk menyimpulkan beberapa alat pemuas tadi adalah Organisasi.
Saya tidak ingin mengintervensi kalian untuk terlibat dalam organisasi, karena
hal itu menjadi hak prerogatif kalian untuk memilih terlibat atau tidak pada
apa yang disebut organisasi.
Organisasi sendiri berasal dari kata organ,
yang bisa kita artikan sebagai bagian-bagian, anggota dari tubuh. Kata ini
mendapat akhiran isasi sehingga memiliki arti bagian-bagian yang terkumpul sehingga
menjadi suatu kesatuan utuh. Secara umum organisasi diartikan sebagai system kerjasama antara dua orang atau lebih, yang membentuk
kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, baik formal maupun informal.
Sebelum melangkah lebih jauh, kembali saya
menekankan bahwa tidak ada intervensi disini. Saya hanya ingin berbagi tentang
sedikit nilai plus yang saya dapat dari keterlibatan pada organisasi. Ok,
mari kita mulai dengan diri sendiri. Entah disadari atau tidak jika dari diri
kita sendiri sebernya sudah menerapkan organisasi. Setiap bagian dari anggota
tubuh kita membentuk system yang saling bekerjasama satu sama lain. Otak, jantung,
alat gerak, serta bagian-bagian lain dari tubuh kita membentuk organisasi
sedemikian rupa. Selanjutnya adalah keluarga. Dalam keluarga, keluarga kecil
saja, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak secara langsung mereka akan
bekerjasama untuk melakukan tugas masing-masing dan menjalankan perannya dalam
keluarga. Orangtua misalnya, memiliki peran sebagai pelindung, pengayom, bertugas
memberikan nafkah baik jasmani, maupun rohani yang berbentuk cinta dan kasih
sayang. Sementara anak memiliki peran dan tugas untuk tumbuh, berkembang,
menghormati serta memberi kebanggaan pada orangtua mereka. Disini apabila kita
amati, tugas-tugas atau peran-peran yang dijalankan oleh masing-masing dari
anggota keluarga merupakan contoh kecil dari organisasi. Tidak berhenti pada
diri sendiri dan keluarga, sekolah, kampus, agama, serta yang lainnya secara
tidak langsung adalah contoh bagaimana hidup kita ternyata dipenuhi akan apa
itu organisasi.
Sedikit flashback, pada awalnya saya
tidak tertarik dengan apa itu organisasi. Kala itu yang saya coba pahami dari
diri ini adalah bahwa saya suka bertemu dengan orang banyak dari berbagai
kalangan serta berbagai karakter. Berawal dari id untuk bertemu
dengan orang banyak inilah, saya mulai mencoba untuk mencari ego untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Mengikuti ektrakurikuler teater, terlibat dalam
OSIS dari SMP hingga SMA, menjadi voulenteer yang berkutat pada issue narkoba
dan HIV, memaksa diri untuk mau terlibat dalam BEM, jurnalistik mahasiswa,
serta memberdayakan diri melalui komunitas yang fokus pada kesetaraan,
pendidikan, pluralis, serta difabel. Yup, semua saya lakukan hanya untuk bisa
bertemu dengan banyak orang. Namun yang tidak pernah terpikir adalah, secara
tidak langsung saya memperoleh banyak hal. Ilmu komunikasi (baik menjadi
pendengar maupun pembicara), administrasi, memahami karakter, menjadi event
organizer (EO), memperbanyak jaringan, bertemu dengan orang-orang yang luar
biasa yang penuh akan inspirasi, memimpin, dipimpin, terpimpin, mengelola emosi,
problem solving, semangat kerjasama serta masih banyak lagi hal yang
bisa saya peroleh. Semuanya sungguh luar biasa indah dengan balutan cinta dan
kasih sayang dari setiap orang yang dijumpai.
Belakangan
ini baru saya menyadari bahwa kesemuanya secara tidak langsung menuntut diri
untuk terus belajar akan semua yang ada pada lingkup diatas. Tidak berhenti
pada teori saja namun juga praktek secara langsung. Melalui organisasi-organisasi
diatas, ternyata kebutuhan akan aktualisasi diri (Hierarky Needs Of
Maslow) saya merasa
tercukupi.
Teruslah
belajar melalui apapun dan siapapun yang ada disekitar kita. Jangan anggap
remeh atau rendahkan siapapun. Kita tidak akan pernah tahu kekuatan-kekuatan
yang ada pada mereka, mungkin suatu saat
nanti, kekuatan itu kita perlukan. Mari terus berproses dan belajar. Perlu
diingat, ketika kita berada pada proses yang membuat diri nyaman, kadang
membuat kita terlena, sehingga malas untuk melanjutkan proses kita. Jika sudah
seperti itu berhati-hatilah. Ini menjadi pertanda bahwa semangat belajar kita
sudah mulai harus di charge kembali. Teruslah menggali. Belajar dan
berproses tidak akan pernah berhenti. Selesai ditahap satu, tahap dua menanti,
dua terlampaui masih ada tiga didepan, begitulah seterusnya. At least, terimakasih untuk semua yang
senantiasa bersedia belajar serta membagi ilmu dan pengetahuan pada saya. Tidak
lupa, bertriliyun-triliyun syukur untuk Mu yang telah menghadirkanku
ditengah-tengah orang hebat seperti kalian. *NovitaNovelis 301016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar