Manusia
merupakan satu dari sekian banyak mahluk ciptaanNya yang hidup berdampingan dan
saling membutuhkan antar satu dengan yang lain. Manusia dipercaya untuk
memiliki logika dan perasaan. Bahkan manusia dipercaya untuk bisa mengelola
keduanya dengan harapan bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dalam berbagai kondisi
dan suasana. Baik suasana positif, maupun suasana negatif. Dalam kondisi siap
maupun tidak.
Puluhan juta atau bahkan lebih jumlah dari
manusia di dunia yang diciptakanNya dengan berbagai keistimewaan yang sungguh
tidak cukup hanya dijangkau dengan nalar kita. Ada yang istimewa dalam menghitung,
olahsuara, gerak dan lagu, olahraga, public speaking, memasak, ilmu
kesehatan, pertanian, dan ribuan keahlian lainnya, yang terkadang justru tidak
sempat terekplorasi atau lebih jauh lagi tidak disadari, bahkan oleh yang
bersangkutan. Lalu bagaimana dengan diri kita? Sudah sadarkah kita dengan
keistimewaan kita? Sudahkah keistimewaan itu terekplorasi dengan tepat? Atau
justru kita belum menyadari bahwa begitu istimewanya kita ?
Pernah
berada dalam kondisi dimintai tolong oleh orang lain? “Maaf, tahu alamat
ini?’’, “Apakah kamu tahu cara membuat agar kue tidak bantat?’’, “Bisakah, saya
minta tolong untuk mengajarkan saya acara menggunakan alat ini?’’ Atau masih
banyak lagi permintaan tolong orang disekitar yang hampir setiap hari kita
jumpai. Lalu bagaimana kita merespon berbagai hal diatas? Dengan senang hati
membantu, ogah-ogahan karena merasa merepotkan, mengeluh, merasa tertimpa sial,
merasa terbebani, menganggap mereka yang bertanya bodoh dan tidak mau berusaha,
memilih alasan tertentu sebagai defend untuk menolak secara tersirat
atau tersirat, atau senang diawal karena rasa bangga dengan diri sendiri, tapi lama-lama
merasa bahwa hal itu merepotkan dan tidak penting?
Sadarkah
kita, bahwa permintaan-permintaan kecil seperti hal diatas merupakan contoh
yang paling sederhana, yang secara tidak langsung adalah petunjuk bahwa kita
adalah orang istimewa. Lihat lebih dalam mereka yang bertanya bukan bodoh,
hanya saja mereka juga sedang belajar. Dalam belajar itu terkadang diperlukan
adanya pengajar, informan, dan lain sebagainya sebagai media penghantar apa
yang diajarkan. Mungkin tidak perlu melihat mereka yang bertanya dulu, mari
kita berkaca untuk diri kita sendiri. Pasti kita akan menanyakan sesuatu yang
tidak kita mengerti pada orang yang lebih mengerti bukan? Dengan harapan bahwa
pertanyaan kita akan terjawab, atau minimal akan ada informasi meski sedikit
yang kita terima.
Mungkin
kerap luput dari perhatian kita, bahwa melalui orang-orang yang meminta tolong,
secara tersirat merupakan media Tuhan menyampaikan salamnya pada kita bahwa
kita adalah orang yang Dia percaya untuk memiliki keistimewaan tersebut. Tidak
semua bisa seperti kita, segeralah menyadari stimulus-stimulus yang Dia berikan
pada kita. Capek? Pasti. Tetapi capek tersebut akan dibayar dengan keistimewaan
kita yang semakin berkembang dibanding yang lain. Jangan membiasakan diri
mengeluh dengan permintaan tolong mereka, karena bisa saja suatu saat nanti
Tuhan justru membuat diri kita memerlukan bantuan dari orang yang pernah
meminta pertolongan pada kita. Segeralah menyadari keistimewaan diri, bergegas
lakukan eksplorasi, dan gunakan untuk
berbagi. Gunakan keistimewaan tersebut dengan mempergunakannya untuk membantu
siapapun yang membutuhkan. Ingatlah, aku, kamu, kita, dan mereka adalah orang
yang terpilih. *NovitaNovelis031216
Ada beberapa tulisan yang typo Mbak hehehe :p
BalasHapusHehehe...terimakasih sudah diingatkan
BalasHapus