Tridharma
perguruan tinggi menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan tinggi. Pendidikan, penelitian, serta pengabdian
masyarakat ketiganya bisa menjadi salah satu indikator sukses tidaknya sebuah
perguruan tinggi dalam mencetak calon-calon pemimpin bangsa kedepannya. Dalam hal ini mahasiswa terutama harus siap
melalui ketiga poin tersebut. Menerima pendidikan di kampus, melakukan berbagai
penelitian, serta berbaur dengan masyarakat untuk menyalurkan ilmu yang didapat
sebagai bentuk pengabdian masyarakat.
Membincang
pengabdian masyarakat yang dalam hal ini berbentuk Kuliah Kerja Mahasiswa
(KKM). Biasanya KKM akan bisa ditempuh oleh mahasiswa yang sudah menginjak
masa-masa akhir di bangku perkuliahan. Tapi saya justru mendapat keistimewaan.
Fakultas Psikologi Universitas Darul 'Ulum Jombang, tempat saya belajar justru
sudah mengijinkan mahasiswa-mahasiswinya untuk melaksanakan KKM menjelang
semester VI. Setelah menempuh Ujian Akhir Semester (UAS), tepatnya pada masa
liburan kampus menyelenggarakan KKM dan
saya mengikutinya. Dan semua akan dimulai disini.........................................................................
Bermula
pada pembekalan KKM di kampus, 18 Januari 2016. Pagi itu begitu sampai pada
tempat pembekalan hal yang dilakukan adalah segera menyerbu kerumunan mahasiswa yang
berlomba-lomba untuk bisa melihat nama mereka pada lembar-lembaran yang
tertempel pada tembok auditorium. Lembaran-lembaran tersebut memuat nama-nama
anggota KKM. Empat desa yang terbagi dalam sebelas dusun. Menyusuri lembar demi
lembar melihat satu persatu nama-nama yang tercampur acak nama mahasiswa dari
berbagai fakultas. Tidak hanya mencari nama diri sendiri juga sekaligus
mengetahui teman yang satu jurusan. Mata ini berhenti pada lembar yang kesekian
ketika melihat sesuatu yang dicari.
Dusun Banyon Desa Carangwulung Kecamatan
Wonosalam. Yess…. Kata yang terucap lirih dari bibir ini. Jika
beberapa teman-teman fakultas lebih berusaha untuk mendapat tempat KKM yang
dekat, berbanding terbalik, diri ini lebih memilih untuk ditempat yang
jauh sekalian. Alasannya simple,
ingin lebih banyak tantangan saja. Kalau
boleh jujur, sempat terucap doa “semoga bertempat di Wonosalam dan tidak banyak
teman satu fakultas dalam kelompok nantinya. Untuk doa yang kedua itu alasannya
adalah dengan sedikit teman fakultas, maka harapannya ilmu yang didapat tidak
melulu berhubungan dengan psikologi.
Big
thanks God….. ternyata kedua doa itu diwujudkan olehNya. Setelah puas melihat
semua lembaran yang tertempel, segera diri ini melangkahkan kaki ke dalam
ruangan yang sudah terisi oleh beberapa mahasiswa. Penataan kursi terbagi
menjadi empat kavling. Desa Made terletak disebelah kiri depan, diikuti oleh
Desa Kedawong dibelakangnya. Sementara kanan depan diisi oleh Desa Carangwulung
sementara dibelakangnya adalah Desa Sudimoro.
Proses
selanjutnya adalah pemilihan strukstur kepengurusan dalam kelompok yang diikuti
dengan pemilihan pengurus tingkat desa. Melalui proses yang panjang akhirnya di
dalam kelompok Banyon memilih untuk menjadi humas. Alasannya??? Karena posisi
humas adalah posisi paling sentral untuk menjangkau semua anggota, itu
irasionalnya. Rasionalnya karena sudah menjadi pengurus ditingkat desa,
sehingga posisi awal sebagai sekretaris kelompok menjadi teralihkan.
25
Januari 2016, pagi itu cuaca Jombang kota cerah ceria bahkan cenderung panas.
Semua mahasiswa yang akan mengikuti KKM berkumpul di halaman depan balkon
kampus untuk mengikuti upacara pelepasan. Kurang lebih 400 mahasiswa dengan
memakai almamater kuning berbaris rapi menurut kelompok masing-masing. Upacara
pelepasan selesai kurang lebih tiga puluh menit kemudian. Tepat pukul 09.30 WIB
rombongan kelompok Banyon berangkat menuju lokasi KKM. Kami lebih memilih untuk
mengendarai motor, kami memang menyewa sebuah mobil namun lebih berfungsi
sebagai mobil yang mengangkut barang bawaan kami yang sudah tidak berbeda jauh
dengan orang pindahan.
Perjalanan
ke lokasi kami tempuh kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Pemandangan khas
jalanan pegunungan yang berkelok-kelok menjadi sajian indah yang diterima oleh
mata serta dengan lancar tersimpan dalam memori. Tempat pertama yang menjadi
tujuan adalah Balai Desa Carangwulung untuk mengikuti upacara penerimaan serta
sebagai ajang untuk bisa berkenalan dengan perangkat desa, tokoh masyarakat,
tokoh agama maupun karang taruna. Setelah mendapat wejangan baik itu dari pihak
perwakilan kampus maupun pihak perangkat desa kami berpisah untuk menuju
masing-masing dusun yang menjadi tempat kami mengabdi.
Dusun
Banyon, tempat kami mengabdi terletak pada ketinggian 750m dari permukaan laut.
Terletak di Desa Carangwulung Kecamatan
Wonosalam Kabupaten Jombang. Dusun indah ini memiliki jumlah penduduk cukup
banyak, mengingat wilayah dusun ini yang lebih kecil dibanding dusun-dusun lain
di Desa Carangwulung, sekitar 489 jiwa,
terdiri dari 157 KK dengan jumlah pemukiman ± 127 rumah yang terbagi ke
dalam 4 RT, data ini mengacu pada survey tahun 2015.
Sementara untuk agama pada sebagian besar beragama islam, sebagian yang lain
adalah khatolik.
Selama
dua minggu kedepan, disinilah Kami ( Nurul
Huda, Taufiq Umar, Mauidotul Hasanah, Hani Marfiyah, Novi Widya Fatmawati, Nur
Laila Fitria, Rizkia Nanda Dewi, Tri Prastio Adi Saputra, Winda Dwi Luki A, M.
Arif Rahmatullah, Kurnia Muzizatun N, Tutus Surya Dewi, Badrussoleh, Khairur
Rahmah, Nur Ilfi Rifaah, Samrotul Fikriyah, Suja’I, Novita Sari, Siti Shoqifah,
Ahmad Abror Arrazy, Fieryf Zouga P, M. Khoirul Umam, M. Irwan Badrus Alfani,
Prawira Aulia, Eko Fajar Setyawan, Ikok Muslimat, Rosyid Wahyu Prasetyo, Ainul
Yaqin, Amrulloh, Frendi Ardiyansyah, Moch Fanan Akhsoni, Joko Priyono, Yogik
Herman Saputro) akan menjadi satu kelompok, satu keluarga dengan berbagai
dinamika yang akan Kami lalui.
Kelompok Kami menyewa dua rumah, sebagai tempat
penginapan kami. Satu rumah yang berukuran besar untuk camp cowok
sekaligus secretariat bersama, hal ini mengingat jumlah cowok yang lebih
dominan di kelompok kami. Ini mungkin yang membedakan kelompok kami dengan
kelompok yang lain yang ada di Carangwulung. Jika di kelompok lain justru lebih
dominan cewek, di kelompok kami justru cowok yang lebih dominan. Dominan yang
dimaksud adalah soal kuantitas. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kami
yang cewek, karena tidak mungkin kurang tenaga ketika ada kegiatan yang
membutuhkan tenaga fisik ekstra. Sementara satu rumah lagi menjadi camp
cewek sekaligus dapur bersama. Camp cowok maupun cewek berlokasi
bersebelahan. Keuntungannya adalah pada kemudahan komunikasi bagi kami.
Keesokan harinya, kami mengawali kegiatan
dengan sillaturahmi dengan orang-orang
yang memiliki pengaruh. Tidak lupa pula
lembaga-lembaga yang ada di dusun ini. Meskipun Dusun Banyon ini kecil, namun
justru menjadi dusun yang begitu istimewa karena berbagai fasilitas tersedia di
dusun ini. Diantaranya adalah fasilitas pendidikan. Mulai dari paud hingga SMP
ada disini. TK Seruni, SDN Carangwulung III, serta SMP Ahmad Yani. Ditambah
dengan adanya masjid, mushola, ditambah gereja semakin memperlengkap
kesempurnaan dusun ini bagi kami.
Kami berbagi peran untuk bisa bergantian menjalin
komunikasi dengan berbagai pihak diatas. Setelah selesai silaturrahmi dengan
lembaga-lembaga tersebut, siang hari kami manfaatkan untuk menyusun
program-program yang akan kami jalankan, seperti halnya membantu mengajar pada TK
Seruni, SDN Carangwulung III, serta SMP Ahmad Yani. Membantu mengajar di dua
Taman Pendidikan Al- Qur’an yang berada di mushola dan masjid setiap sore hari.
Memberi bimbingan belajar gratis bagi
semua siswa yang ada di Banyon dan sekitarnya, Khatam Qur’an, membantu pada
saat kegiatan posyandu, membuat seminar tentang peternakan dan pertanian.
Seminar ini senagaja kami plih, mengingat Banyon memiliki potensi dalam hal
peternakan lele, kambing, pengolahan susu, dan pertanian. Semua program kami
terangkum dalam POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga). Dimana dalam hal ini
diharapkan setiap keluarga mampu memahami potensi masing-masing dan mengembangkan
untuk kehidupan yang lebih baik, baik dari sisi pendidikan, agama, kesehatan,
maupun ekonomi. Sementara untuk tugas intern bagi kami adalah pengadaan
pembacaan tahlil dan Surat Yasin, pada setiap Kamis malam. Serta koordinasi
rutin antar kelompok lain yang ada di Desa Carangwulung, guna mempersiapkan
perpisahan yang akan Kami lakukan pada 07 Maret 2016. Perwakilan dari tiap-tiap
kelompok akan bertemu untuk sharing kegiatan dan ide. Karena bersifat
koordinasi maka kegiatan ini bersifat berkelanjutan, bergiliran di camp
masing-masing kelompok (Carangwulung, Banyon, Segunung, Bangunrejo).
Hal-hal diatas adalah tugas wajib masing-masing dari
kami. Sementara kami juga punya tugas yang tidak kalah penting, yaitu mengenal
masyarakat sekitar. Mengetahui fakta-fakta yang kami temukan disini, menjadikan
kami bersyukur akan apa yang kami terima selama ini, maaf jika selama ini kami
kurang berterimakasih atas pemberianMu. Pungky, sosok anak yang menurut diri
ini istimewa, dengan apapun stigma yang diberikan oleh masyarakat. Semoga
setiap kasihNya menyertai mu. Memperoleh kesuksesan yang membuat masyarakat
bisa menghargaimu.
Diluar itu
kami juga harus menjalin keakraban di internal tim kami. Disela-sela sibuknya
kegiatan kami, kerap dibumbui dengan canda tawa, sapaan mesra, terkadang justru
hal-hal yang membuat kami terharu. Tidak jarang pula pertengkaran-pertengakaran
kecil mewarnai aktivitas kami. Misalnya, sudah waktu mengajar tapi cowok-cowok
belum bangun, rasa malas yang kerap membuntuti kami, hingga pada perbedaan cara
pandang tentang sesuatu hal.
Setiap malam, setelah semua kegiatan kami selesai,
kami akan menghabiskan malam dengan makan malam bersama, mengevalusi kegitan
yang telah dilakukan, serta briefing untuk kegiatan yang akan dilaksanakan
keesokan harinya. Setelah selesai, sebagian dari kami akan kembali ke camp
untuk beristirahat, atau bagi kami yang masih ingin ngobrol, menyiapkan kopi dan
teh sebagai teman ngobrol, sekaligus sarana penghangat badan. Ya karena
terletak di kaki Gunung Anjasmara, tidak heran dari pagi hingga menjelang pagi
lagi cuaca dingin menjadi sahabat kami, dan satu lagi KKM kali ini bertepatan
dengan musim penghujan. Tidak heran jika minuman penghangat adalah stok yang
harus ada di dapur kami. Obrolan kami lebih pada obrolan ringan, seputar
fakultas kita masing-masing, dosen-dosen, tempat tinggal kami, bahkan tidak
terkecuali berisi curhatan. Terkadang kita akan memenuhi dapur yang ada di camp
putri untuk sekadar membuat camilan, dari bahan-bahan seadanya. Ini menjadi
cara untuk menciptakan kedekatan emosional satu sama lain, sehingga memperkuat
persaudaraan bagi tim kami. Bermain kartu dengan hukuman memberikan bedak bagi
yang kalah, bagi penggemar sepak bola, melihat sepak bola hingga larut malam
menjadi pilihan tepat untuk sekadar me-refresh otak setelah seharian bekerja
dengan kerasnya. Pernah pula sekali waktu mereka meminta untuk di test
kepribadian dan menanyakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan psikologi.
Secara tidak sadar, bagi sebagian teman hal ini menjadi sarana munculnya
cinlok. Yah, cinta lokasi mungkin menjadi hal yang tidak bisa dilewatkan dalam
menjalani KKM.
Kedekatan yang kami bangun pada KKM ini menjadi
dasar, seberapa kuat persahabatan dan persaudaraan kami, karena kami harus kembali
berpisah paskah berakhirnya KKM pada tanggal 08 Maret 2016. Menjadi moment yang
tidak mungkin akan hilang oleh virus apapun bagi memori masing-masing dari
kami. Banyon, terimakasih untuk penerimaanmu pada kami yang jauh dari kata
sempurna untuk bisa bersentuhan dengan kesempurnaan yang ada pada dirimu.
Terimakasih untuk jutaan tawa canda dan haru yang mungkin tidak terulang lagi.
Terimakasih untuk kalian, tim kita tim istimewa. Terimakasih untuk setiap
cerita dan pengalaman yang tidak akan mampu terbayar oleh apapun. Terimakasih
untuk ketua kelompok kami yang dengan siap memimpin kami, terimakasih untuk
sekretaris kelompok yang benar-benar rela mengurangi waktu tidur malam untuk
mengerjakan laporan, bendahara yang harus berteriak-teriak untuk masalah keuangan,
dokumentator yang luar biasa sehingga bisa diandalkan dalam setiap saat,
alhasil KKM yang hanya berlangsung selama empat belas hari menghasilkan sebelas
giga data berbentuk foto. Terimakasih untuk tim POSDAYA yang luar biasa tangguh
dengan jargon KAUATnya. Jika ingat akan tim POSDAYA, salah satu yang terekam
jelas adalah, kita ( saya, Abror, Pierif, serta Putra) bisa masuk disalah satu
villa (Kampoeng Djawi) gratis pada suatu malam, dan menyaksikan dari atas
betapa indahnya Wonosalam. Terimakasih pula untuk seseorang yang mampu melihat
potensi yang ada pada diri ini, karena kebetulan potensi kita sama, serta
semuanya yang susah jika harus dituangkan, bahkan dengan diksi terbaikpun,
tidak akan mampu mengungkapkan apa yang dirasa, bahkan mendapat julukan (read:
mbak mandor) yang meski negatif menurut arti, namun keyakinan diri adalah
sebutan itu bukti kasih sayang kalian. Terimakasih perangkat desa serta seluruh
warga Banyon yang selalu bersedia kami repotkan. Mengakhiri tulisan ini, Tuhan
terimakasih untuk rencana indahMu bagi kami melalui KKM ini. Menjadi doa dan
harapan terbesar adalah, pertemukan kami kembali dalam kesuksesan yang Engkau
sertakan pada masing-masing dari anggota tim kami. #NovitaNovelis02012017
Keren mbg
BalasHapuskeren
BalasHapus