Senin, 23 Januari 2017

Ruang Sunyi (Aku, Kamu, Kita, Psikologi, & Sekber)



Agent of changes. Kata yang sangat familiar bagi mereka yang menyandang status mahasiswa. Terlebih bagi mereka, mahasiswa pada era 90-an. Di masa-masa itu ketika seseorang menyandang gelar mahasiswa, akan menjadi kebanggan tersendiri. Bagaimana tidak, kala itu mahasiswa tidak hanya memaknai kuliah sebagai tempat menuntut ilmu formal saja. Jauh dari itu pendidikan yang lebih real justru mereka terima dari berbagai organisasi ataupun kegiatan-kegiatan, forum-forum kemahasiswaan yang mereka ikuti menjadi sarana mewujudkan agent of changes. Dari berbagai hal yang mereka ikuti itulah tidak sedikit mahasiswa yang justru bisa mengaktualisasi diri mereka. Mereka akan membentuk kelompok-kelompok antar kelas, angkatan, jurusan, bahkan lintas perguruan tinggi yang memiliki visi misi senada dengan mereka. Bahkan, jika dirunut kebelakang rezim Soeharto pun bisa roboh oleh mereka, para mahasiswa.
Ok, abaikan saja rangkaian kalimat diatas, karena pada dasarnya bukan itu yang ingin saya ungkapkan. Kenyataan yang paling mendekati dengan dunia mahasiswa saat ini adalah  kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang, gadget yang sebenarnya dicipta untuk membuat seseorang yang memilikinya menjadi lebih banyak mencipta karya, bukan sebaliknya menjadi diperdaya oleh apa yang mereka sebut dengan gadget itu sendiri. Lebih miris lagi, bahwa dunia mahasiswa hanya terisi dengan gaya hidup hedonis, berfoya-foya, atau selfie disetiap saat dengan dalih sarana aktualisasi diri.
 Sementara sarana aktualisasi diri yang sebenarnya melalui ruang-ruang diskusi, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menjadi tempat yang krisis akan peminat. Atau mungkin benar apa yang dikatakan oleh adik angkatan saya, “agaknya hanya aku yang tidak waras, yang mau ikut organisasi”. Mungkin perlu sejenak kita menyempatkan diri untuk sekadar melongok pada Sekretariat Bersama (Sekber) kita, maka yang terlihat oleh mata ini adalah dia lagi, orang itu lagi, mereka lagi hingga muncul kesan mereka adalah orang yang eksklusif, lux, pilih-pilih dalam berteman. Jauh dari hal itu semua, ketika kita mau sejenak saja memberikan perhatian kita pada apa yang ada dalam sekber tersebut, akan ada banyak hal yang kita temukan. Dalam hal yang paling sederhana kita akan mengenal mahasiswa Psikologi dari berbagai angkatan. Tahapan selanjutnya kita akan menemukan banyak karakter yang berbeda satu sama lain. Otoriter, lemah lembut, kasar, sabar, pengertian, gigih, kuat, serta masih banyak lagi yang lain. Kemudian kita akan menemukan kentalnya aroma persaudaraan diantara mereka, pekatnya cinta mereka pada fakultas, mereka rela bergiliran menjaga sekber yang sudah menjadi rumah kedua mereka tatkala hujan lebat datang, mungkin sekilas terlihat “sok pahlawan”, namun jauh yang ada dalam ingatan mereka adalah bahwa “ini rumah kita” yang jika bukan kita yang merawat dan menjaga, lantas siapa yang mau?
 Fase terakhir yang akan kita lihat adalah banyaknya hal yang akan kita pelajari, yang sungguh sangat diperlukan dalam mengaktulisasikan diri kita. Belajar berorganisasi, belajar memimpin, dipimpin, berkomunikasi, tehnik lobi, berjejaring, mempelajari rumitnya tata cara administrasi, berargumen menyampaikan pendapat, menerima saran dan kritik, serta puluhan juta informasi dan ilmu yang selalu hadir ditengah-tengah mereka. Setiap kali mereka berkumpul ratusan kalimat meluncur dari mulut mereka. Informasi mengenai tugas kuliah, olahraga, seni, hukum, alam, atau trending topic saat ini akan selalu menjadi hal baru yang bisa kita pelajari, setidaknya itu yang saya pribadi rasakan.
Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan jutaan terimakasih padaNya yang sudah meletakkan diri ini ditengah-tengah kalian, dosen- dosen dan mahasiswa-mahasiswa luar biasa yang senantiasa siap berbagi ilmu di rumah ke-2 kita (read : Fakultas Psikologi). Pak Farid, Bu Luluk, Bu Denok, Bunda Erma, Bu Naila, Pak Lilik, Bu Narmiasih, Prof Harnan, Bu Herrien, Bu Fat, terimakasih untuk semua support yang ada. Terimakasih dengan setia menemani proses belajar kami, baik didalam maupun diluar kelas. Semoga setiap lelah Kalian dalam mendampingi proses belajar kami, diganti dengan kebaikanNya pada setiap langkah Kalian.
Kakak tingkatku, Mbak Envil, Mas Imron, Mbak Isti, Mbak Leni, Papa Adi, Pak Dhe, Mas Misbah, Mas Mimin, Mas Roni, Mas Uzer, Mbak Opiek serta semua kakak tingkat, yang diawal memasuki dunia psikologi, melalui kalianlah aku tertarik akan organisasi fakultas. Terimakasih jajaran pengurus BEM periode 2015-2016, Pak Ketua Rizki Widji Nugroho yang sudah mengijinkan dan memberi saya kesempatan berada pada posisi wakil ketua, diantara wakil-wakil lain yang notabene adalah laki-laki. Tatak dan Pak Pim. Jujur, berada ditengah kalian menjadi salah satu pembelajaran tentang kesetaraan gender yang tidak berkorelasi dengan jenis kelamin. Bekerjasama dengan Pak Ketua, sering debat, berujung candaan menjadikan diri ini sadar, bahwa kita perlu apa yang dinamakan just kidding. Jauh lebih dalam Pak Ketua adalah sosok luar biasa menginspirasi dan tangguh. Pengurus lain Zeni, Mbak Nana, Kurnia, Resita, dan semuanya kalian adalah orang-orang yang sungguh tinggi dalam solidaritas. Fahman dan Rayes, dua orang yang kerap kali diri ini salah menyebut namanya, adalah sosok dengan keunikan tersendiri, bisa diajak berpikir serius bersamaan dengan gila-gilaan. “Ingatkah, kalian permainan yang kerap kita mainkan ketika OSPEK ? Truth Or Dare (TOD)”.
Adik-adik tingkatku, angkatan 2014 dan 2015, selamat kalian berkesempatan menjadi generasi pemimpin yang meneruskan perjuangan sebelumnya. Ian, Nap,  Lutfa, Ima, Kis, Ratna, Pras, Yung, Indra (the best partner in on air, Psikologi FM), Tata, Larasati, Vista, Nad, Luluk, Heny, Yie, serta semua yang belum tersebutkan, bagi diri ini kalian adalah sosok yang penuh akan ide-ide brilliant nan gila. Ide yang terkadang membuat jajaran dekanat, harus pusing untuk bisa mewujudkan konsep yang ada di otak kalian. Bukan niat melepas tanggung jawab, namun kesempatan yang ada saat ini adalah kalian yang memimpin. Aku tidak ingin kalian menghadirkan kejayaan yang dulu kerap diceritakan oleh angkatan-angkatan awal fakultas kita, tidak perlu pula kalian mengikuti cara kami untuk meramaikan sekber dengan kegiatan yang telah lampau. Sentuhlah sekber kita dengan cara kalian, ciptakan goresan dengan sapuan warna yang berbeda untuk angkatan kalian, bangunlah masa kejayaan kalian dengan cara kalian sendiri. Ciptakan ruang-ruang yang kalian perlukan untuk aktualisasi kalian dan FAKULTAS PSIKOLOGI kita. Aku percaya kalian adalah orang yang disiapkan olehNya untuk membuat keajaiban di Psikologi kita.
Selanjutnya, teruntuk adik-adik tingkatku 2016 dan SELANJUTNYA, teruslah belajar dari orang-orang hebat diatas melalui ruang-ruang yang ada. Diva, Tari, Mbak Juna, Hellen, Dhea, Doni serta semuanya. Bersyukurlah kalian menjadi bagian dari orang-orang hebat diatas. Bumbui apa yang telah kalian dapat dari mereka dengan style kalian. Ciptakan kejayaan versi kalian. Yang perlu diingat adalah tidak ada persaingan angkatan diantara kita, karena setiap dari kita menciptakan kejayaan dengan caranya masing-masing.
Pada suatu masa nanti, kita akan dipertemukan di sekber kita yang sudah berlantai dua, adik-adik tingkat kita di masa itu ramai keluar masuk di sekber. Sekber tidak lagi ibarat oase yang krisis akan air, yang sepi peminat, tetapi sudah menjadi ruang yang dipenuhi dengan kegiatan diskusi atau apapun. Pada masa itu nanti setiap dari kita sudah menjadi orang sukses. Sukses dengan cara kita masing-masing. Kita akan mengingat setiap hal yang pernah kita lalui bersama di ruang ini. Bersiap-siaplah… Sampai jumpa pada masa itu. Teruntuk Fakultas Psikologiku. #NovitaNovelis230117

Senin, 16 Januari 2017

Always Love With You…



Hari ini seperti biasanya. Masih di bulan Desember. Bulan yang menjadi penghujung bulan di akhir tahun. Bulan dimana banyak sekali target-target yang harus diselesaikan sebelum menginjak pada tahun berikutya. Bulan yang oleh umat yang beragama lain, begitu mereka tunggu karena pada bulan ini mereka merayakan hari besar mereka. Pada bulan ini pula hampir setiap harinya diwarnai dengan awan yang redup, hembusan angin yang cukup kencang sehingga dinginya bisa menusuk tulang, serta satu lagi yang membuat ini begitu istimewa, yah setidaknya bagi  diri ini sendiri, karena hampir setiap hari diri ini bisa berkencan dengan hujan.
Ya, hujan. Entah mengapa, setiap hujan turun itulah, diri ini semakin jatuh cinta dengan Mu. Mungkin bagi sebagian orang hujan hanyalah sebuah fenomena alam saja. Proses yang dimulai dengan naiknya air laut karena proses penguapan dengan bantuan sinar matahari, lalu menggumpal yang kita kenal dengan awan, lalu kembali turun ke bumi dalam bentuk tetesan-tetesan air dalam jumlah banyak yang disebut hujan. Yah setidaknya begitulah yang diterangkan oleh guru pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ketika masih dibangku sekolah dasar dulu. Namun, bagi diri ini hujan bukan hanya sebuah fenomena alam saja.
Ok, mulanya diri ini tidak begitu menikmati dengan apa yang disebut hujan, tapi diri ini selalu jatuh cinta pada air. Sungai, pantai, laut, air tejun, waduk, atau yang lainnya, yang merupakan tempat bernaungnya air. Sampai akhirnya hujan juga membuat diri ini semakin jatuh cinta padaMU. Hal ini bermula ketika diri ini masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Hari itu hari Sabtu. Hari dimana ekstrakurikuler yang diri ini ikuti, teater sedang mengadakan kegiatan latihan secara rutin. Kegiatan dimulai pukul tiga hingga lima sore. Kala itu memang sedang berlangsung musim hujan. Latihan sudah selesai begitu waktu menunjukkan pukul tujuh belas tepat. Banyak teman-teman laki-laki yang lansung pulang, begitu latihan usai. Namun tidak pada aku dan  teman-teman perempuanku. Kami bersepakat akan menunggu hingga hujan reda, baru Kami akan pulang. Mata ini tidak bisa berhenti melirik jam yang ada di dinding. Sudah pukul tujuh belas lewat dua puluh menit. Sementara aturan yang diterapkan oleh orangtuaku adalah bahwa pukul 18.00 wib semua anggota keluarga sudah harus dirumah, jika memang masih ada keperluan maka harus diantar oleh orangtua. Setidaknya begitulah ucapan ibuku, ketika mengingatkan anak-anaknya. Ingat akan nasihat tersebut akhirnya membuat diri ini memberanikan diri untuk pulang, dengan konsekuesi kehujanan.
Bersentuhan langsung dengan tetesan-tetesan air dari langit itu, ternyata tidaklah seburuk yang ada dalam perkiraan, bahkan semakin sering air itu menyentuh, justru membuat diri semakin merasakan kenyamanan. Saat itu yang terlintas dalam diri ini adalah “mungkin seperti inilah cintaNya pada kita, selalu tercurah dengan derasnya sama halnya seperti air hujan yang turun, mengalir ke bumi, menumbuhkan rumput-rumput, serta pohon-pohon yang menghijau dan rimbun, mengalir kedalam tanah yang semuanya akan sangat dibutuhkan oleh setiap dari ciptaanNya. cintaNya adalah cinta yang tersirat, yang tidak setiap orang mampu menyadarinya. Sejak saat itulah hujan selalu membuat diri ini jatuh cinta. Jatuh cinta dengan caranya mencintai setiap mahlukNya. May be this is not importan for You, but thanks to Your love Gods. #29122016

Senin, 02 Januari 2017

Wonosalam Punya Cerita (Banyon, KKM, Pengabdian, Petualangan, Sahabat, dan Cinta)



Tridharma perguruan tinggi menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh lembaga penyelenggara pendidikan tinggi. Pendidikan, penelitian, serta pengabdian masyarakat ketiganya bisa menjadi salah satu indikator sukses tidaknya sebuah perguruan tinggi dalam mencetak calon-calon pemimpin bangsa kedepannya.  Dalam hal ini mahasiswa terutama harus siap melalui ketiga poin tersebut. Menerima pendidikan di kampus, melakukan berbagai penelitian, serta berbaur dengan masyarakat untuk menyalurkan ilmu yang didapat sebagai bentuk pengabdian masyarakat.
Membincang pengabdian masyarakat yang dalam hal ini berbentuk Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM). Biasanya KKM akan bisa ditempuh oleh mahasiswa yang sudah menginjak masa-masa akhir di bangku perkuliahan. Tapi saya justru mendapat keistimewaan. Fakultas Psikologi Universitas Darul 'Ulum Jombang, tempat saya belajar justru sudah mengijinkan mahasiswa-mahasiswinya untuk melaksanakan KKM menjelang semester VI. Setelah menempuh Ujian Akhir Semester (UAS), tepatnya pada masa liburan  kampus menyelenggarakan KKM dan saya mengikutinya. Dan semua akan dimulai disini.........................................................................
Bermula pada pembekalan KKM di kampus, 18 Januari 2016. Pagi itu begitu sampai pada tempat pembekalan hal yang dilakukan adalah  segera menyerbu kerumunan mahasiswa yang berlomba-lomba untuk bisa melihat nama mereka pada lembar-lembaran yang tertempel pada tembok auditorium. Lembaran-lembaran tersebut memuat nama-nama anggota KKM. Empat desa yang terbagi dalam sebelas dusun. Menyusuri lembar demi lembar melihat satu persatu nama-nama yang tercampur acak nama mahasiswa dari berbagai fakultas. Tidak hanya mencari nama diri sendiri juga sekaligus mengetahui teman yang satu jurusan. Mata ini berhenti pada lembar yang kesekian ketika melihat sesuatu yang dicari.
 Dusun Banyon Desa Carangwulung Kecamatan Wonosalam. Yess…. Kata yang terucap lirih dari bibir ini.   Jika beberapa teman-teman fakultas lebih berusaha untuk mendapat tempat KKM yang dekat, berbanding terbalik, diri ini lebih memilih untuk ditempat yang jauh  sekalian. Alasannya simple, ingin lebih banyak tantangan saja.  Kalau boleh jujur, sempat terucap doa “semoga bertempat di Wonosalam dan tidak banyak teman satu fakultas dalam kelompok nantinya. Untuk doa yang kedua itu alasannya adalah dengan sedikit teman fakultas, maka harapannya ilmu yang didapat tidak melulu berhubungan dengan psikologi.  
Big thanks God….. ternyata kedua doa itu diwujudkan olehNya. Setelah puas melihat semua lembaran yang tertempel, segera diri ini melangkahkan kaki ke dalam ruangan yang sudah terisi oleh beberapa mahasiswa. Penataan kursi terbagi menjadi empat kavling. Desa Made terletak disebelah kiri depan, diikuti oleh Desa Kedawong dibelakangnya. Sementara kanan depan diisi oleh Desa Carangwulung sementara dibelakangnya adalah Desa Sudimoro.   
Proses selanjutnya adalah pemilihan strukstur kepengurusan dalam kelompok yang diikuti dengan pemilihan pengurus tingkat desa. Melalui proses yang panjang akhirnya di dalam kelompok Banyon memilih untuk menjadi humas. Alasannya??? Karena posisi humas adalah posisi paling sentral untuk menjangkau semua anggota, itu irasionalnya. Rasionalnya karena sudah menjadi pengurus ditingkat desa, sehingga posisi awal sebagai sekretaris kelompok menjadi teralihkan. 
25 Januari 2016, pagi itu cuaca Jombang kota cerah ceria bahkan cenderung panas. Semua mahasiswa yang akan mengikuti KKM berkumpul di halaman depan balkon kampus untuk mengikuti upacara pelepasan. Kurang lebih 400 mahasiswa dengan memakai almamater kuning berbaris rapi menurut kelompok masing-masing. Upacara pelepasan selesai kurang lebih tiga puluh menit kemudian. Tepat pukul 09.30 WIB rombongan kelompok Banyon berangkat menuju lokasi KKM. Kami lebih memilih untuk mengendarai motor, kami memang menyewa sebuah mobil namun lebih berfungsi sebagai mobil yang mengangkut barang bawaan kami yang sudah tidak berbeda jauh dengan orang pindahan.
Perjalanan ke lokasi kami tempuh kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Pemandangan khas jalanan pegunungan yang berkelok-kelok menjadi sajian indah yang diterima oleh mata serta dengan lancar tersimpan dalam memori. Tempat pertama yang menjadi tujuan adalah Balai Desa Carangwulung untuk mengikuti upacara penerimaan serta sebagai ajang untuk bisa berkenalan dengan perangkat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama maupun karang taruna. Setelah mendapat wejangan baik itu dari pihak perwakilan kampus maupun pihak perangkat desa kami berpisah untuk menuju masing-masing dusun yang menjadi tempat kami mengabdi.   
Dusun Banyon, tempat kami mengabdi terletak pada ketinggian 750m dari permukaan laut. Terletak di Desa Carangwulung Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Dusun indah ini memiliki jumlah penduduk cukup banyak, mengingat wilayah dusun ini yang lebih kecil dibanding dusun-dusun lain di Desa Carangwulung, sekitar 489 jiwa,  terdiri dari 157 KK dengan jumlah pemukiman ± 127 rumah yang terbagi ke dalam 4 RT, data ini mengacu pada survey  tahun 2015. Sementara untuk agama pada sebagian besar beragama islam, sebagian yang lain adalah khatolik.
Selama dua minggu kedepan, disinilah Kami ( Nurul Huda, Taufiq Umar, Mauidotul Hasanah, Hani Marfiyah, Novi Widya Fatmawati, Nur Laila Fitria, Rizkia Nanda Dewi, Tri Prastio Adi Saputra, Winda Dwi Luki A, M. Arif Rahmatullah, Kurnia Muzizatun N, Tutus Surya Dewi, Badrussoleh, Khairur Rahmah, Nur Ilfi Rifaah, Samrotul Fikriyah, Suja’I, Novita Sari, Siti Shoqifah, Ahmad Abror Arrazy, Fieryf Zouga P, M. Khoirul Umam, M. Irwan Badrus Alfani, Prawira Aulia, Eko Fajar Setyawan, Ikok Muslimat, Rosyid Wahyu Prasetyo, Ainul Yaqin, Amrulloh, Frendi Ardiyansyah, Moch Fanan Akhsoni, Joko Priyono, Yogik Herman Saputro) akan menjadi satu kelompok, satu keluarga dengan berbagai dinamika yang akan Kami lalui.
Kelompok Kami menyewa dua rumah, sebagai tempat penginapan kami. Satu rumah yang berukuran besar untuk camp cowok sekaligus secretariat bersama, hal ini mengingat jumlah cowok yang lebih dominan di kelompok kami. Ini mungkin yang membedakan kelompok kami dengan kelompok yang lain yang ada di Carangwulung. Jika di kelompok lain justru lebih dominan cewek, di kelompok kami justru cowok yang lebih dominan. Dominan yang dimaksud adalah soal kuantitas. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kami yang cewek, karena tidak mungkin kurang tenaga ketika ada kegiatan yang membutuhkan tenaga fisik ekstra. Sementara satu rumah lagi menjadi camp cewek sekaligus dapur bersama. Camp cowok maupun cewek berlokasi bersebelahan. Keuntungannya adalah pada kemudahan komunikasi bagi kami.
Keesokan harinya, kami mengawali kegiatan dengan  sillaturahmi dengan orang-orang yang  memiliki pengaruh. Tidak lupa pula lembaga-lembaga yang ada di dusun ini. Meskipun Dusun Banyon ini kecil, namun justru menjadi dusun yang begitu istimewa karena berbagai fasilitas tersedia di dusun ini. Diantaranya adalah fasilitas pendidikan. Mulai dari paud hingga SMP ada disini. TK Seruni, SDN Carangwulung III, serta SMP Ahmad Yani. Ditambah dengan adanya masjid, mushola, ditambah gereja semakin memperlengkap kesempurnaan dusun ini bagi kami.
Kami berbagi peran untuk bisa bergantian menjalin komunikasi dengan berbagai pihak diatas. Setelah selesai silaturrahmi dengan lembaga-lembaga tersebut, siang hari kami manfaatkan untuk menyusun program-program yang akan kami jalankan, seperti halnya membantu mengajar pada TK Seruni, SDN Carangwulung III, serta SMP Ahmad Yani. Membantu mengajar di dua Taman Pendidikan Al- Qur’an yang berada di mushola dan masjid setiap sore hari.  Memberi bimbingan belajar gratis bagi semua siswa yang ada di Banyon dan sekitarnya, Khatam Qur’an, membantu pada saat kegiatan posyandu, membuat seminar tentang peternakan dan pertanian. Seminar ini senagaja kami plih, mengingat Banyon memiliki potensi dalam hal peternakan lele, kambing, pengolahan susu, dan pertanian. Semua program kami terangkum dalam POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga). Dimana dalam hal ini diharapkan setiap keluarga mampu memahami potensi masing-masing dan mengembangkan untuk kehidupan yang lebih baik, baik dari sisi pendidikan, agama, kesehatan, maupun ekonomi. Sementara untuk tugas intern bagi kami adalah pengadaan pembacaan tahlil dan Surat Yasin, pada setiap Kamis malam. Serta koordinasi rutin antar kelompok lain yang ada di Desa Carangwulung, guna mempersiapkan perpisahan yang akan Kami lakukan pada 07 Maret 2016. Perwakilan dari tiap-tiap kelompok akan bertemu untuk sharing kegiatan dan ide. Karena bersifat koordinasi maka kegiatan ini bersifat berkelanjutan, bergiliran di camp masing-masing kelompok (Carangwulung, Banyon, Segunung, Bangunrejo).
Hal-hal diatas adalah tugas wajib masing-masing dari kami. Sementara kami juga punya tugas yang tidak kalah penting, yaitu mengenal masyarakat sekitar. Mengetahui fakta-fakta yang kami temukan disini, menjadikan kami bersyukur akan apa yang kami terima selama ini, maaf jika selama ini kami kurang berterimakasih atas pemberianMu. Pungky, sosok anak yang menurut diri ini istimewa, dengan apapun stigma yang diberikan oleh masyarakat. Semoga setiap kasihNya menyertai mu. Memperoleh kesuksesan yang membuat masyarakat bisa menghargaimu.
 Diluar itu kami juga harus menjalin keakraban di internal tim kami. Disela-sela sibuknya kegiatan kami, kerap dibumbui dengan canda tawa, sapaan mesra, terkadang justru hal-hal yang membuat kami terharu. Tidak jarang pula pertengkaran-pertengakaran kecil mewarnai aktivitas kami. Misalnya, sudah waktu mengajar tapi cowok-cowok belum bangun, rasa malas yang kerap membuntuti kami, hingga pada perbedaan cara pandang tentang sesuatu hal.
Setiap malam, setelah semua kegiatan kami selesai, kami akan menghabiskan malam dengan makan malam bersama, mengevalusi kegitan yang telah dilakukan, serta briefing untuk kegiatan yang akan dilaksanakan keesokan harinya. Setelah selesai, sebagian dari kami akan kembali ke camp untuk beristirahat, atau bagi kami yang masih ingin ngobrol, menyiapkan kopi dan teh sebagai teman ngobrol, sekaligus sarana penghangat badan. Ya karena terletak di kaki Gunung Anjasmara, tidak heran dari pagi hingga menjelang pagi lagi cuaca dingin menjadi sahabat kami, dan satu lagi KKM kali ini bertepatan dengan musim penghujan. Tidak heran jika minuman penghangat adalah stok yang harus ada di dapur kami. Obrolan kami lebih pada obrolan ringan, seputar fakultas kita masing-masing, dosen-dosen, tempat tinggal kami, bahkan tidak terkecuali berisi curhatan. Terkadang kita akan memenuhi dapur yang ada di camp putri untuk sekadar membuat camilan, dari bahan-bahan seadanya. Ini menjadi cara untuk menciptakan kedekatan emosional satu sama lain, sehingga memperkuat persaudaraan bagi tim kami. Bermain kartu dengan hukuman memberikan bedak bagi yang kalah, bagi penggemar sepak bola, melihat sepak bola hingga larut malam menjadi pilihan tepat untuk sekadar me-refresh otak setelah seharian bekerja dengan kerasnya. Pernah pula sekali waktu mereka meminta untuk di test kepribadian dan menanyakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan psikologi. Secara tidak sadar, bagi sebagian teman hal ini menjadi sarana munculnya cinlok. Yah, cinta lokasi mungkin menjadi hal yang tidak bisa dilewatkan dalam menjalani KKM.
Kedekatan yang kami bangun pada KKM ini menjadi dasar, seberapa kuat persahabatan dan persaudaraan kami, karena kami harus kembali berpisah paskah berakhirnya KKM pada tanggal 08 Maret 2016. Menjadi moment yang tidak mungkin akan hilang oleh virus apapun bagi memori masing-masing dari kami. Banyon, terimakasih untuk penerimaanmu pada kami yang jauh dari kata sempurna untuk bisa bersentuhan dengan kesempurnaan yang ada pada dirimu. Terimakasih untuk jutaan tawa canda dan haru yang mungkin tidak terulang lagi. Terimakasih untuk kalian, tim kita tim istimewa. Terimakasih untuk setiap cerita dan pengalaman yang tidak akan mampu terbayar oleh apapun. Terimakasih untuk ketua kelompok kami yang dengan siap memimpin kami, terimakasih untuk sekretaris kelompok yang benar-benar rela mengurangi waktu tidur malam untuk mengerjakan laporan, bendahara yang harus berteriak-teriak untuk masalah keuangan, dokumentator yang luar biasa sehingga bisa diandalkan dalam setiap saat, alhasil KKM yang hanya berlangsung selama empat belas hari menghasilkan sebelas giga data berbentuk foto. Terimakasih untuk tim POSDAYA yang luar biasa tangguh dengan jargon KAUATnya. Jika ingat akan tim POSDAYA, salah satu yang terekam jelas adalah, kita ( saya, Abror, Pierif, serta Putra) bisa masuk disalah satu villa (Kampoeng Djawi) gratis pada suatu malam, dan menyaksikan dari atas betapa indahnya Wonosalam. Terimakasih pula untuk seseorang yang mampu melihat potensi yang ada pada diri ini, karena kebetulan potensi kita sama, serta semuanya yang susah jika harus dituangkan, bahkan dengan diksi terbaikpun, tidak akan mampu mengungkapkan apa yang dirasa, bahkan mendapat julukan (read: mbak mandor) yang meski negatif menurut arti, namun keyakinan diri adalah sebutan itu bukti kasih sayang kalian. Terimakasih perangkat desa serta seluruh warga Banyon yang selalu bersedia kami repotkan. Mengakhiri tulisan ini, Tuhan terimakasih untuk rencana indahMu bagi kami melalui KKM ini. Menjadi doa dan harapan terbesar adalah, pertemukan kami kembali dalam kesuksesan yang Engkau sertakan pada masing-masing dari anggota tim kami. #NovitaNovelis02012017