Senin, 23 Januari 2017

Ruang Sunyi (Aku, Kamu, Kita, Psikologi, & Sekber)



Agent of changes. Kata yang sangat familiar bagi mereka yang menyandang status mahasiswa. Terlebih bagi mereka, mahasiswa pada era 90-an. Di masa-masa itu ketika seseorang menyandang gelar mahasiswa, akan menjadi kebanggan tersendiri. Bagaimana tidak, kala itu mahasiswa tidak hanya memaknai kuliah sebagai tempat menuntut ilmu formal saja. Jauh dari itu pendidikan yang lebih real justru mereka terima dari berbagai organisasi ataupun kegiatan-kegiatan, forum-forum kemahasiswaan yang mereka ikuti menjadi sarana mewujudkan agent of changes. Dari berbagai hal yang mereka ikuti itulah tidak sedikit mahasiswa yang justru bisa mengaktualisasi diri mereka. Mereka akan membentuk kelompok-kelompok antar kelas, angkatan, jurusan, bahkan lintas perguruan tinggi yang memiliki visi misi senada dengan mereka. Bahkan, jika dirunut kebelakang rezim Soeharto pun bisa roboh oleh mereka, para mahasiswa.
Ok, abaikan saja rangkaian kalimat diatas, karena pada dasarnya bukan itu yang ingin saya ungkapkan. Kenyataan yang paling mendekati dengan dunia mahasiswa saat ini adalah  kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang, gadget yang sebenarnya dicipta untuk membuat seseorang yang memilikinya menjadi lebih banyak mencipta karya, bukan sebaliknya menjadi diperdaya oleh apa yang mereka sebut dengan gadget itu sendiri. Lebih miris lagi, bahwa dunia mahasiswa hanya terisi dengan gaya hidup hedonis, berfoya-foya, atau selfie disetiap saat dengan dalih sarana aktualisasi diri.
 Sementara sarana aktualisasi diri yang sebenarnya melalui ruang-ruang diskusi, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menjadi tempat yang krisis akan peminat. Atau mungkin benar apa yang dikatakan oleh adik angkatan saya, “agaknya hanya aku yang tidak waras, yang mau ikut organisasi”. Mungkin perlu sejenak kita menyempatkan diri untuk sekadar melongok pada Sekretariat Bersama (Sekber) kita, maka yang terlihat oleh mata ini adalah dia lagi, orang itu lagi, mereka lagi hingga muncul kesan mereka adalah orang yang eksklusif, lux, pilih-pilih dalam berteman. Jauh dari hal itu semua, ketika kita mau sejenak saja memberikan perhatian kita pada apa yang ada dalam sekber tersebut, akan ada banyak hal yang kita temukan. Dalam hal yang paling sederhana kita akan mengenal mahasiswa Psikologi dari berbagai angkatan. Tahapan selanjutnya kita akan menemukan banyak karakter yang berbeda satu sama lain. Otoriter, lemah lembut, kasar, sabar, pengertian, gigih, kuat, serta masih banyak lagi yang lain. Kemudian kita akan menemukan kentalnya aroma persaudaraan diantara mereka, pekatnya cinta mereka pada fakultas, mereka rela bergiliran menjaga sekber yang sudah menjadi rumah kedua mereka tatkala hujan lebat datang, mungkin sekilas terlihat “sok pahlawan”, namun jauh yang ada dalam ingatan mereka adalah bahwa “ini rumah kita” yang jika bukan kita yang merawat dan menjaga, lantas siapa yang mau?
 Fase terakhir yang akan kita lihat adalah banyaknya hal yang akan kita pelajari, yang sungguh sangat diperlukan dalam mengaktulisasikan diri kita. Belajar berorganisasi, belajar memimpin, dipimpin, berkomunikasi, tehnik lobi, berjejaring, mempelajari rumitnya tata cara administrasi, berargumen menyampaikan pendapat, menerima saran dan kritik, serta puluhan juta informasi dan ilmu yang selalu hadir ditengah-tengah mereka. Setiap kali mereka berkumpul ratusan kalimat meluncur dari mulut mereka. Informasi mengenai tugas kuliah, olahraga, seni, hukum, alam, atau trending topic saat ini akan selalu menjadi hal baru yang bisa kita pelajari, setidaknya itu yang saya pribadi rasakan.
Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan jutaan terimakasih padaNya yang sudah meletakkan diri ini ditengah-tengah kalian, dosen- dosen dan mahasiswa-mahasiswa luar biasa yang senantiasa siap berbagi ilmu di rumah ke-2 kita (read : Fakultas Psikologi). Pak Farid, Bu Luluk, Bu Denok, Bunda Erma, Bu Naila, Pak Lilik, Bu Narmiasih, Prof Harnan, Bu Herrien, Bu Fat, terimakasih untuk semua support yang ada. Terimakasih dengan setia menemani proses belajar kami, baik didalam maupun diluar kelas. Semoga setiap lelah Kalian dalam mendampingi proses belajar kami, diganti dengan kebaikanNya pada setiap langkah Kalian.
Kakak tingkatku, Mbak Envil, Mas Imron, Mbak Isti, Mbak Leni, Papa Adi, Pak Dhe, Mas Misbah, Mas Mimin, Mas Roni, Mas Uzer, Mbak Opiek serta semua kakak tingkat, yang diawal memasuki dunia psikologi, melalui kalianlah aku tertarik akan organisasi fakultas. Terimakasih jajaran pengurus BEM periode 2015-2016, Pak Ketua Rizki Widji Nugroho yang sudah mengijinkan dan memberi saya kesempatan berada pada posisi wakil ketua, diantara wakil-wakil lain yang notabene adalah laki-laki. Tatak dan Pak Pim. Jujur, berada ditengah kalian menjadi salah satu pembelajaran tentang kesetaraan gender yang tidak berkorelasi dengan jenis kelamin. Bekerjasama dengan Pak Ketua, sering debat, berujung candaan menjadikan diri ini sadar, bahwa kita perlu apa yang dinamakan just kidding. Jauh lebih dalam Pak Ketua adalah sosok luar biasa menginspirasi dan tangguh. Pengurus lain Zeni, Mbak Nana, Kurnia, Resita, dan semuanya kalian adalah orang-orang yang sungguh tinggi dalam solidaritas. Fahman dan Rayes, dua orang yang kerap kali diri ini salah menyebut namanya, adalah sosok dengan keunikan tersendiri, bisa diajak berpikir serius bersamaan dengan gila-gilaan. “Ingatkah, kalian permainan yang kerap kita mainkan ketika OSPEK ? Truth Or Dare (TOD)”.
Adik-adik tingkatku, angkatan 2014 dan 2015, selamat kalian berkesempatan menjadi generasi pemimpin yang meneruskan perjuangan sebelumnya. Ian, Nap,  Lutfa, Ima, Kis, Ratna, Pras, Yung, Indra (the best partner in on air, Psikologi FM), Tata, Larasati, Vista, Nad, Luluk, Heny, Yie, serta semua yang belum tersebutkan, bagi diri ini kalian adalah sosok yang penuh akan ide-ide brilliant nan gila. Ide yang terkadang membuat jajaran dekanat, harus pusing untuk bisa mewujudkan konsep yang ada di otak kalian. Bukan niat melepas tanggung jawab, namun kesempatan yang ada saat ini adalah kalian yang memimpin. Aku tidak ingin kalian menghadirkan kejayaan yang dulu kerap diceritakan oleh angkatan-angkatan awal fakultas kita, tidak perlu pula kalian mengikuti cara kami untuk meramaikan sekber dengan kegiatan yang telah lampau. Sentuhlah sekber kita dengan cara kalian, ciptakan goresan dengan sapuan warna yang berbeda untuk angkatan kalian, bangunlah masa kejayaan kalian dengan cara kalian sendiri. Ciptakan ruang-ruang yang kalian perlukan untuk aktualisasi kalian dan FAKULTAS PSIKOLOGI kita. Aku percaya kalian adalah orang yang disiapkan olehNya untuk membuat keajaiban di Psikologi kita.
Selanjutnya, teruntuk adik-adik tingkatku 2016 dan SELANJUTNYA, teruslah belajar dari orang-orang hebat diatas melalui ruang-ruang yang ada. Diva, Tari, Mbak Juna, Hellen, Dhea, Doni serta semuanya. Bersyukurlah kalian menjadi bagian dari orang-orang hebat diatas. Bumbui apa yang telah kalian dapat dari mereka dengan style kalian. Ciptakan kejayaan versi kalian. Yang perlu diingat adalah tidak ada persaingan angkatan diantara kita, karena setiap dari kita menciptakan kejayaan dengan caranya masing-masing.
Pada suatu masa nanti, kita akan dipertemukan di sekber kita yang sudah berlantai dua, adik-adik tingkat kita di masa itu ramai keluar masuk di sekber. Sekber tidak lagi ibarat oase yang krisis akan air, yang sepi peminat, tetapi sudah menjadi ruang yang dipenuhi dengan kegiatan diskusi atau apapun. Pada masa itu nanti setiap dari kita sudah menjadi orang sukses. Sukses dengan cara kita masing-masing. Kita akan mengingat setiap hal yang pernah kita lalui bersama di ruang ini. Bersiap-siaplah… Sampai jumpa pada masa itu. Teruntuk Fakultas Psikologiku. #NovitaNovelis230117

2 komentar: