Senin, 16 Januari 2017

Always Love With You…



Hari ini seperti biasanya. Masih di bulan Desember. Bulan yang menjadi penghujung bulan di akhir tahun. Bulan dimana banyak sekali target-target yang harus diselesaikan sebelum menginjak pada tahun berikutya. Bulan yang oleh umat yang beragama lain, begitu mereka tunggu karena pada bulan ini mereka merayakan hari besar mereka. Pada bulan ini pula hampir setiap harinya diwarnai dengan awan yang redup, hembusan angin yang cukup kencang sehingga dinginya bisa menusuk tulang, serta satu lagi yang membuat ini begitu istimewa, yah setidaknya bagi  diri ini sendiri, karena hampir setiap hari diri ini bisa berkencan dengan hujan.
Ya, hujan. Entah mengapa, setiap hujan turun itulah, diri ini semakin jatuh cinta dengan Mu. Mungkin bagi sebagian orang hujan hanyalah sebuah fenomena alam saja. Proses yang dimulai dengan naiknya air laut karena proses penguapan dengan bantuan sinar matahari, lalu menggumpal yang kita kenal dengan awan, lalu kembali turun ke bumi dalam bentuk tetesan-tetesan air dalam jumlah banyak yang disebut hujan. Yah setidaknya begitulah yang diterangkan oleh guru pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ketika masih dibangku sekolah dasar dulu. Namun, bagi diri ini hujan bukan hanya sebuah fenomena alam saja.
Ok, mulanya diri ini tidak begitu menikmati dengan apa yang disebut hujan, tapi diri ini selalu jatuh cinta pada air. Sungai, pantai, laut, air tejun, waduk, atau yang lainnya, yang merupakan tempat bernaungnya air. Sampai akhirnya hujan juga membuat diri ini semakin jatuh cinta padaMU. Hal ini bermula ketika diri ini masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Hari itu hari Sabtu. Hari dimana ekstrakurikuler yang diri ini ikuti, teater sedang mengadakan kegiatan latihan secara rutin. Kegiatan dimulai pukul tiga hingga lima sore. Kala itu memang sedang berlangsung musim hujan. Latihan sudah selesai begitu waktu menunjukkan pukul tujuh belas tepat. Banyak teman-teman laki-laki yang lansung pulang, begitu latihan usai. Namun tidak pada aku dan  teman-teman perempuanku. Kami bersepakat akan menunggu hingga hujan reda, baru Kami akan pulang. Mata ini tidak bisa berhenti melirik jam yang ada di dinding. Sudah pukul tujuh belas lewat dua puluh menit. Sementara aturan yang diterapkan oleh orangtuaku adalah bahwa pukul 18.00 wib semua anggota keluarga sudah harus dirumah, jika memang masih ada keperluan maka harus diantar oleh orangtua. Setidaknya begitulah ucapan ibuku, ketika mengingatkan anak-anaknya. Ingat akan nasihat tersebut akhirnya membuat diri ini memberanikan diri untuk pulang, dengan konsekuesi kehujanan.
Bersentuhan langsung dengan tetesan-tetesan air dari langit itu, ternyata tidaklah seburuk yang ada dalam perkiraan, bahkan semakin sering air itu menyentuh, justru membuat diri semakin merasakan kenyamanan. Saat itu yang terlintas dalam diri ini adalah “mungkin seperti inilah cintaNya pada kita, selalu tercurah dengan derasnya sama halnya seperti air hujan yang turun, mengalir ke bumi, menumbuhkan rumput-rumput, serta pohon-pohon yang menghijau dan rimbun, mengalir kedalam tanah yang semuanya akan sangat dibutuhkan oleh setiap dari ciptaanNya. cintaNya adalah cinta yang tersirat, yang tidak setiap orang mampu menyadarinya. Sejak saat itulah hujan selalu membuat diri ini jatuh cinta. Jatuh cinta dengan caranya mencintai setiap mahlukNya. May be this is not importan for You, but thanks to Your love Gods. #29122016

1 komentar: